Dia Kok Jadi Gini ? ? ?
Suatu hari aku bertemu dengan seorang teman (tak kusebutkan namanya). Dia seorang teman yang baik bagiku. Dia menemuiku dan dia bercerita banyak tentang kehidupannya kepadaku. Tak lama air matanya jatuh membasahi pipinya. Akupun juga tak kuasa menahan air mata yang bertengger di pelupuk mata ini. Dia bercerita bahwa dia pernah melakukan dosa yang teramat besar dengan sengaja beberapa kali. Namun akhirnya dia sadar dan bertaubat kembali ke jalan Allah. Aku tak tahu apa yang telah ia lakukan dulu ? mengapa? apa dia khilaf?. Dalam kepalaku banyak sekali tumpukan tanda tanya. Sungguh aku sangat kasihan kepadanya sebagai seorang teman aku bingung apa yang harus aku lakukan untuknya. Bagaimana jika aku menyakitinya? Sulit sekali bagiku untuk menjelaskan padanya. Bayangan-bayangan kelamnya dulu katanya seakan membayangi terus dan menggoda agar dia mau mengulanginya lagi. Syetan memang benar-benar nista bagi manusia. Lebih menyesal lagi
dia lakukan itu ketika usai ramadan. Setahuku jika setelah ramadan ibadahnya semakin kuat, imannya bertambah berarti puasa yang selama ini ia lakukan di bulan suci ramadan diterima oleh Allah. tapi sebaliknya, jika ibadahnya semakin rapuh, yang dulunya rajin beribadah sunnah sekarang malah keseringan tidak, yang dulunya ibadah salat dhuha terus ia jalani sekarang sudah jarang, dan yang dulu keimanannya kuat sekarang hampir retak. itu semua menandakan kalau puasa yang ia lakukan selama sebulan penuh adalah hampa, kosong tidak ada isinya. Sulit aku percaya, padahal dia dulu adalah temanku yang bisa dibilang mempeng dalam masalah agama tapi kenapa itu terjadi padanya?. Menurutku sendiri adalah karena faktor lingkungan yang mendukung dia dan karena dirinya sendiri tentunya. Aku berharap dia semoga dia bisa menjadikannya sebagai pelajaran bahwa hidup di dunia luar sangat berbeda dengan lingkungannya dulu yang serba agamis.
HIKMAH
Jadi, Orang itu laksana Buah . . .meski kelihatannya dari luar begitu masak dan gemuk tapi belum tentu isinya akan sama dengan penampilannya. Orang juga sama, sepertinya dia nakal dan kurang taat agama, tapi kita tidak tahu bathinnya bagaimana ? ? ? menilai orang dikatakan bukan suatu hal yang mudah. Baik di mata buruk di hati atau sebaliknya baik di hati buruk di mata. Untuk kisah di atas menunjukkan bahwa setitik keimanan masih lebih berharga dengan harta setumpuk harta sehingga sifatnya yang sedemikian cepat berubah buruk sedemikian cepat pula untuk berubah menjadi lebih baik dan taubat. sekian
0 komentar:
Posting Komentar